Perjalanan Menuju Juara




Bismillahirrohmanirrohim.

Namaku Muhammad Alifh. Aku berasal dari Kota Palu. Sekarang aku berusia 19 tahun dan sedang mengenyam pendidikan di salah perguruan tinggi kedinasan di Kota Metropolitan. Aku merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Dalam pandangaku, hobi merupakan hal yang menyenangkan apabila dilakukan dengan senang hati sehingga hobiku bersifat inkonsisten, terkadang senang membaca buku,menulis cerita pendek,menonton film maupun olahraga baik sepakbola, futsal, bersepeda maupun lari.

Permulaan Menjajaki Lomba MTQ

Sejak duduk di kelas 3 SD, aku mulai menapaki perlombaan MTQ. Aku memulainya dari cabang tartil dasar golongan kanak-kanak di tingkat kecamatan pada tahun 2010. Persiapanku terbilang tak lama untuk mengikuti perlombaan tersebut. Atmosfer perlombaan pertamaku terasa saat kakiku mulai melangkah ke mimbar MTQ.  Rasa cemas dan takut pun berkecamuk. Kemudian dengan menghela nafas, aku mulai melantunkan ayat suci-Nya. Setelah tampil, aku merasa tenang karena sudah menampilkan yang terbaik. Hasilnya, aku meraih juara favorit bersama lima orang peserta lain. Rasa senang dan bahagia tak bisa ku bendung kala itu. Setelah perlombaan tersebut, aku giat berlatih untuk mermpersiapkan diri pada lomba MTQ selanjutnya. 

Dua tahun berturut-turut aku meraih juara 3 ketika mengikuti perlombaan tersebut. Melanglangbuana di di kecamatan yang berbeda dengan beralih ke cabang tilawah golongan kanak kanak. Perasaan pesimis pun muncul dalam diriku karena tak kunjung meraih juara 1. Namun, aku memaksakan dan memberanikan diri untuk ikut lagi di tahun selanjutnya. Sikap optimis yang aku lakukan,ternyata  memberikan hasil di luar ekspektasiku, aku mendapatkan juara 1 untuk pertama kalinya pada lomba tersebut. Air mataku tak terbendung. Rasanya sangat bahagia dan senang. Selanjutnya dewan juri langsung menghubungiku untuk mempersiapkan diri di ajang MTQ tingkat kabupaten.


Jeda dari Lomba MTQ

Saat masuk SMP, aku berhenti untuk berkecimpung pada perlombaan MTQ. Aku mulai mengeksplorasi diri di dunia ekstrakurikuler. Mulai dari sepakbola. Sekitar 10 bulan aku berlatih bersama teman-teman untuk mengikuti liga pelajar tingkat kota. Beberapa kali kami bertanding dengan sekolah lain sebelum menjalani pertandingan resmi dan hasilnya belum sesuai target kami. Kemudian aku juga mengikuti ekstrakurikuler pramuka. Aku mengikuti pramuka hingga menjabat sebagai Pradana Putra. Pengalaman berkesan saat itu pramuka itu ketika menjadi Juara 1 LCC Pramuka Penggalang Tingkat Provinsi. Sangat bangga dan terharu rasanya meraih juara tersebut.

Sampai detik-detik kelulusan aku masih menggeluti keduanya. Saat hendak lulus dari SMP, aku mendengar penerimaan siswa/i baru oleh salah satu sekolah yang dirintis Bapak Dirgantara Nasional yaitu Pak BJ Habibie yang menjadi salah satu sekolah favoritku. Aku mempersiapkan diri sekitar 2 pekan untuk mengikuti seleksi masuknya. Hari tes pum telah tiba. Aku berpamitan dengan orang tua dan berangkat sendiri menggunakan motor.  Dengan bermodalkan optimis dan semangat aku bergegas ke tempat ujian. Saat aku sampai di lokasi ujian, aku disambut dengan ramah oleh panitia pelaksana ujian yang merupakan siswa/i sekolah tersebut. Sembari dipersilahkan masuk ke ruangan, aku duduk dipelataran kelas sambil memandangi matahari yang bersinar di ufuk timur. Tak lama kemudian bel pun berbunyi. Seluruh peserta melaksanakan apel massal di halaman sekolah sebelum masuk ke ruang ujian. Setelah apel usai, kami diarahkan untuk masuk ke ruang ujian masing-masing. Ujian yang di nanti-nanti kini telah di hadapan mata. Ku mulai mengerjakan ujian dengan berdoa. Kemudian ku mulai mengerjakan ujian test masuk sekolah tersebut. Ujiannya dilaksanakan sehari dengan pelajaran  yang di ujikan yaitu IPA,IPS,Matematika,Bahasa Inggris,Bahasa Arab, dan IQ. 

Setelah menjalani test seharian, ku beristirahat sejenak di masjid sekolah sambil memikirkan tentang kelulusanku di sekolah ini karena ada beberapa jawaban di pelajaran tertentu, masih ragu akan kebenarannya.  Selanjutnya aku bergegas pulang agar tidak kemalaman sampai di rumah. Selang 1 bulan dari test, akhirnya pengumuman kelulusan pun keluar. Aku berdiam diri di kamar untuk membuka pengumuman tersebut.  Aku langsung me-login-kan akun ku ke website pengumuman, dan betapa terkejutnya aku sekaligus terharu, aku dinyatakan lulus di sekolah tersebut. Kemudian aku langsung memberitahu keluargaku. Keluargaku pun bahagia mendengarnya.  Setelah itu, aku melakukan pendaftaran ulang dan mempersiapakan diri untuk masuk ke sekolah tersebut.


Kenangan Paling Berkesan

Selama bersekolah di sana, banyak ilmu yang saya dapatkan mulai dari agama, akademik, mualamah, manajemen diri, organisasi dll. Serta melahirkan banyak kenangan yang tak kan bisa terulang lagi. Saat aku duduk di kelas 12 semester gasal, aku ditawarkan untuk mengikuti perlombaan MTQ. Tanpa berpikir panjang aku langsung menerima tawaran tersebut. Setelah beberapa tahun berhenti aku pun kembali menapaki perlombaan tersebut. Kali ini aku berlomba di cabang berbeda yaitu fahmil qur'an. Perlombaannya seperti cerdas cermat qur'an dengan mengaitkannya dengan beberapa disiplin ilmu agama seperti hadist, bahasa arab, dan juga fiqih. Terlepas dari itu, aku bersama dua temanku yang tergabung dalam satu tim menyeriusi perlombaan tersebut dengan giat berlatih setiap harinya. Setiap sepekan sekali, diadakan pertemuan antara kami dan pelatih untuk mengevaluasi kami. 

Kami pun memulainya dengan mengikuti tahapan seleksi tingkat kota. Di tingkat tersebut, tim kami dinyatakan sebagai juara 1 dan berhak mengikuti perlombaan tingkat provinsi. Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah karena memberikan kami kemenangan ini. Setelah perlombaan itu, kami giat latih berlatih sembari mempersiapkan ujian semester gasal. Selesai ujian semester, kami pun langsung menintenskan latihan bersama-sama. Tak lama berselang kami dapat kabar bahwa pemerintah kota akan mengadakan karantina selama sepekan yang menandakan MTQ tingkat provinsi akan segera dimulai. Di tempat karantina kami mendapat arahan  dan diimingi bonus agar lebih mempersiapan diri menuju arena perlombaan yang jarakanya 351 km dari kota. Setelah selesai karantina, aku bersama dua rekan setimku, kembali ke sekolah untuk mengikuti ujian akhir sekolah. Ujian sekolah berlangsung selama dua pekan. Dua hari setelah itu, aku bersama dua rekan setimku berangkat menuju arena lomba. Di perjalanan kami naik mobil sekitar 15 jam,kemudian dilanjutkan naik kapal selama 6 jam dan dilanjutkan naik mobil sekitar 20 menit untuk sampai di rumah kafilah. Sesampainya kami disana, kami disambut dengan tarian adat suku setempat dan hidangan daerah yang sangat menggugah selera makan. Mengingat perjalanan kami panjang dan cukup melelahkan,setelah kegiatan tersebut kami langsung bersitirahat. 

Esoknya, kami kembali mempersiapkan diri untuk tampil tulat hari.. Hari perlombaan pun tiba.  Di tahap penyisihan, kami bekerja keras untuk mengalahkan tuan rumah. Persaingannya sangat sengit, hingga sempat terjadi cekcok antara official kami dan official tuan rumah. Tapi, atas izin Allah,kami pun  lolos ke tahap final. Tahap finalnya dilaksanakan lusa hari. Tahap final pun tiba,kami saling menguatkan diri untuk tetap fokus dan tenang. Persaingan seingit pun terjadi. Tim kami tertinggal terlebih dahulu, tapi kami tak patah semangat. Kami terus berjuang. Atas izin Allah juga lah, dari berbagai upaya yang kami lakukan, tak kenal siang dan malam,  kami diberikan kemenagan sebagai juara 1. Seketika kami langsung sujud syukur dan seluruh official kami,para penonton dan para dewan juri ikut berbahagia atas kemenangan kami. Bersama peserta lain, kami pun saling menguatkan dan memberi selamat. 

Sepulangnya kami dari perlombaan tersebut, kami dikabari bahwa bonus yang dijanjikan berupa umroh. Betapa senangnya kami mendapat kabar tersebut. Aku pun langsung mengabari keluarga tentang berita tersebut. Mereka pun ikut gembira dan bangga. Namun, hadiah umroh tersebut harus tertunda selama 2 tahun karena pandemi covid-19. Sekitar beberapa hari lalu, aku dapat kabar bahwa umroh akan dilaksanakan selepas idul fitri tahun ini. Tapi, aku tak berkesempatan pergi karena sedang menjalani pendidikan di salah satu sekolah kedinasan. Beruntungnya hadiah tersebut bisa diserahkan ke pihak lain. Aku menyerahkan hadiah tersebut ke ibuku. Sebuah hal paling berkesan menurutku. Dibalik kerasnya perjuangan, hasilnya akan manis juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini